Friday, January 26, 2007

Mancanegara


Mengapa Iran Cuek pada Resolusi PBB?

IRAN melecehkan Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1737 tentang sanksi masalah proyek nuklir, karena sehari setelah resolusi itu Iran latihan militer selama 3 hari, sehingga opini dunia mengarah pada reaksi keras Iran terhadap resolusi itu. Latihan militer dilakukan di Garmsar 100 kilometer, tenggara Teheran, sekaligus mengujicoba peluncuran rudal ‘Zalzal’ dan ‘Fajr-5’ yang berjangkauan tembak 75-400 kilometer. Motif latihan untuk mengevaluasi kekuatan pertahanan dan kekuatan serang rudal tersebut. Mahmoud Ahmadinejad menyatakan, sanksi PBB takkan menghalangi Iran mengembangkan teknologi nuklir. Bahkan 10 resolusi semacam itu pun tak dapat mempengaruhi kebijakan ekonomi dan nuklir Iran. Amerika belakangan ini meningkatkan penempatan militernya di Teluk, dan menuduh Iran mencampuri kekacauan dalam negeri Irak, dan pasukan AS telah menyerang Konsulat Iran untuk Arbil, Irak, dan menangkap 5 personel konsulat Iran. Menlu AS Condoleezza Rice, membujuk negara-negara di Timur Tengah agar mengisolasi Iran. Di lain pihak, Israel sebelumnya mengancam akan menyerang Iran, namun Ahmadinejad yakin Israel takkan berani menyerang Iran.Latihan militer kali ini bisa menambah kepercayaan diri warga Iran sekaligus memperingatkan negara-negara yang berencana mengambil langkah keras terhadap Iran bahwa mereka akan membayar mahal untuk itu. Ahmadinejad berkali-kali menyatakan Iran mampu membela dirinya sendiri dan menyebut ‘gembar-gembor perang’ yang dilontarkan Israel dan AS hanya ‘perang mental’ dan ‘perang propaganda’. Iran tak takut serangan militer AS dan Israel dan sudah mengadakan persiapan untuk menghadapinya. Kerasnya sikap Iran dan latihan militer yang dilakukannya, membuat orang layak melacak potensi militernya. Dari segi kekuatan udara, Iran sulit menandingi Israel, apalagi AS. Sejauh ini produksi rudal Iran memang dahsyat, tapi soal rudal antiserangan udara dan sistem radarnya belum menjamin daya tahannya terhadap serangan udara Israel atau AS. Kini Iran memiliki rudal anti pesawat, yakni Misagh-1 , Misagh-2, Sayyad-1 dan Shahab Thaqeb. Jika terjadi serangan, maka sasaran yang diincar terutama areal proyek nuklir, dan arsenal rudalnya. Namun Iran punya arsenal rudal yang mobil, dan pilihannya tentu pada kemampuan menjaga arsenal rudalnya agar bisa melancarkan serangan balasan dengan rudal darat ke darat ke Israel atau arsenal militer AS di Timur Tengah.Diantara sekian banyak rudal buatan Iran, yang paling gawat adalah ‘Fajr-3’, karena rudal ini jenis MIRV (Multiple Independently Targheted Reentry Vehicle), yakni rudal jarah jauh yang moncongnya berisi beberapa rudal yang bisa mencari sasarannya di beberapa lokasi. Kemampuan Iran bikin seri MIRV berkat kemajuannya dalam teknologi mesin roket dan kemudahannya mencari bahan bakar roket sekaligus mengolahnya, baik cair maupun padat.Bisa diduga, jika terjadi perang antara Iran dengan Israel dan AS, takkan terjadi pengerahan pasukan, tapi serangan udara dan gempuran rudal. Sehingga sistem antirudal menjadi ajang kompetisi yang menarik, karena Iran telah mengembangkan rudal siluman ‘Kowsar’ yang sulit dideteksi radar pemandu rudal antirudal.


Demokrat Sambut Dingin Pidato Bush

Pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat George W Bush, yang disampaikan Selasa waktu AS (23/1), disambut dingin oleh tokoh-tokoh Partai Demokrat. Kebanyakan anggota Parlemen AS tidak menyetujui apa yang disampaikan Bush dalam pidato State Union itu. Ini merupakan kesempatan pertama, Bush berpidato di depan Kongres dan Senat yang didominasi Demokrat. Dalam kesempatan itu, Bush meminta agar dirinya diberi kesempatan bekerja untuk memenangkan Perang Irak. Ia meminta Parlemen mendukung kebijakannya di Irak, karena kebijakan itu merupakan harapan terbaik Amerika.Bush membagi pidatonya sepanjang 49 menit menjadi dua bagian, yakni isu domestik dan internasional. Perang Irak menjadi isu terpenting yang dibahasnya. Soal lain yang ditekankan Bush adalah mengurangi 20 persen konsumsi BBM, serta mengurangi ketergantungan AS pada suplai minyak dari Timur Tengah.Ia mengawali pidato dengan memberi selamat kepada Nancy Pelosi yang menjadi perempuan pertama Ketua Kongres AS. Ada juga Senator Republik yang tidak menyetujui isi pidato Bush. Hal ini antara lain dikemukakan oleh Senator Minnesota, Norm Coleman.Meski jajak pendapat ‘The Washington Post’ dan ABC menunjukkan hanya 33 persen rakyat AS mendukung Perang Irak, namun Bush tidak merasa terganggu. Sebab sepanjang sejarah, setiap presiden yang memutuskan melakukan perang di luar AS selalu mendapat tekanan dari dalam negeri.Bush menyatakan dirinya bukan orang pertama yang dihujat oleh rakyatnya karena mencetuskan perang di negeri orang. Pada tahun 1861, Presiden AS ke-16 Abraham Lincoln ditentang partainya sendiri di awal perang sau-dara. Sedang di awal Perang Dunia II, keputusan Presiden Roosevelt untuk berperang melawan Nazi Jerman juga ditentang rakyat AS. Menurut VOA, kritik tajam yang dialamatkan kepada Bush serupa dengan yang dialami Presiden AS ke-36 Lyn-don Bainess Johnson ketika berlangsung Perang Vietnam pada tahun 1960-an. Ia dikritik karena mengirim tentara AS untuk berperang di Vietnam yang tanpa tujuan dan tanpa akhir. Hanya kemenangan yang mampu merebut kembali simpati rakyat AS kepada presidennya. Hal ini berlaku pada presiden yang mencetuskan Perang Meksiko pada tahun 1846. Namun setelah tentara AS berhasil merebut kembali wilayah California, Arizona dan New Mexico, sang presiden mendapatkan kehormatannya kembali. Lebih seabad yang lalu, Presiden William Kinley memenangkan perang melawan Spanyol setelah sebelumnya dituduh memanipulasi alasan perang.Bercermin pada sejarah perang AS, Bush menuduh lawan-lawan politiknya melupakan kegigihan 2 presiden dari Partai Demokrat, Franklin Delano Roosevelt pada PD II dan Harry S Truman dalam Perang Korea.

No comments: